Makalah Fiqih. Khilafah, Khulafatur Rosyidin, Khalifah, Majelis Syura, Ahlul Halli Wal Aqdi

Makalah Fiqih. Khilafah, Khulafatur Rosyidin, Khalifah, Majelis syura, Ahlul Halli wal aqdi, Makalah Fiqih. Khilafah, Khulafatur Rosyidin, Khalifah, Majelis syura, Ahlul Halli wal aqdi, pengertian fiqh siyasah ( siyasah syar’iyyah ), manfaat mempelajari fiqh siyasah dan memahami istilah – istilah yang berhubungan dengan pemerintahan islam, perihal sistem pemerintahan islam.
III. KATA PENGANTAR :
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah atas segala rahmat-Nya yang telah menunjukkan kesempatan waktu bagi penulis dalam menyusun peran kelompok ini. Dan shalawat beserta salam, penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan ide kepada penulis akan arti dan penerapan bidang-bidang Fiqih Siyasah Syar’iyah.
Makalah ini berjudul Fiqih Siyasah Syar’iyah yang ditulis penulis sebagai peran mata pelajaran Fiqih Bab Siyasah Syar’iyah. Dan tujuan dari makalah ini yaitu untuk mengetahui pengertian fiqih siyasah (siyasah syar’iyyah) , serta apa yang tercakup di dalamnya dan memahami istilah – istilah yang berhubungan dengan pemerintahan islam
Serta Tiada Gading Yang Tak Retak, begitupun dengan makalah ini. Masih ada beberapa kesalahan yang ada tanpa disadari oleh penulis, oleh karena itu penulis harapkan akan adanya kritik dan saran atas makalah ini yang membangun. Dan dari penulis sendiri kami ucapkan terima kasih, dan biar makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Mojokerto,29 Agustus 2013
Penulis
VI. DAFTAR ISI :
KATA PENGANTAR ....................................................................................
DAFTAR ISI ....................................................................................
Bab I Pendahuluan
1.1 Pendahuluan ....................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................
1.4 Metode Penulisan ....................................................................................
1.5 Sistematika Penulisan...............................................................................
Bab II Pembahasan
Bab III Penutup
1.6 Kesimpulan ....................................................................................
1.7 Saran ....................................................................................
1.8 Daftar Pustaka ....................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hubungan agama dan politik menjadi topik pembicaraan menarik, bukan hanya dari golongan negara yang mayoritas masyarakat berpegang teguh pada agama tetapi juga yang berfaham sekuler.Munculnya kasus tersebut dipandang masuk kecerdikan disebabkan karena risalah islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW yaitu agama yang penuh dengan pemikiran dan undang-undang yang bertujuan membangun insan guna memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Permasalahan pertama yang dipersoalkan oleh generasi pertama umat islam setelah Rasulullah Wafat yaitu kasus kekuasaan politik atau pengganti beliau.
Maka dari itu kasus ini akan diuraikan dan dikaji dalam makalah ini sehingga sanggup menambah wawasan para pembaca perihal keislaman.
Khilafah dalam terminologi politik Islam yaitu sistem pemerintahan Islam yang meneruskan sistem pemerintahan Rasul Saw. Dengan segala aspeknya yang menurut Al-Qur’an dan Sunnah Rasul Saw.
I.2 Rumusan Masalah
1. Apakah penjelasan dari : a.Khilafah
b.Khalifah
c.Majelis syura
d.Ahlul Halli wal aqdi
1.3 Tujuan Penulisan
1. Memahami pengertian fiqh siyasah ( siyasah syar’iyyah )
2. Dapat mengetahui manfaat mempelajari fiqh siyasah dan memahami istilah – istilah yang berhubungan dengan pemerintahan islam.
3. Menambah wawasan perihal sistem pemerintahan islam.
1.4 Metode penulisan
Untuk mendapatkan data dan info yang di perlukan, penyusunan makalah ini menggunakan metode – metode sebagai berikut:
ü Mencari materi di internet.
ü Mencari materi di beberapa buku fiqih di perpustakaan .
ü Membuat suatu kesimpulan.
ü Berdiskusi dengan teman.
1.5 Sistematika penulisan
i. Bagian Awal.
ii. Halaman Kulit/Sampul
iii. Halaman Jilid
iv. Kata Pengantar
v. Daftar Isi
BAB II
ISI & PEMBAHASAN
BAB 1
SIYASAH SYAR’IYYAH
A. Pengertian Khilafah
Khilafah berasal dari bahasa arab yaitu( خلافة) yang artinya pemimpin.
Khilafah menurut bahasa artinya yaitu pengganti, Duta, kepemimpinan atau wakil. Dan kata Khilafah ini bersinonim dengan kata Imamah atau Imarah yang artinya pemerintahan atau kepemimpinan.
Khilafah menurut istilah yaitu struktur pemerintahan yang pelaksanaannya diatur menurut syariat islam.
Secara ringkas, Imam Taqiyyuddin An Nabhani mendefinisikan Khilafah sebagai kepemimpinan umum bagi seluruh kaum muslimin di dunia untuk menegakkan hukum-hukum Syariah Islam dan mengemban risalah Islam ke seluruh penjuru dunia (Taqiyyuddin An Nabhani, Nizhamul Hukmi fil Islam).
Dari definisi ini, terperinci bahwa Khilafah hanya ada satu untuk seluruh dunia. Karena nas-nas syara’ (nushush syar’iyah) memang menunjukkan kewajiban umat Islam untuk bersatu dalam satu institusi negara. Sebaliknya haram bagi mereka hidup dalam lebih dari satu negara.
Adapun Khalifah berarti pengganti Nabi Muhammad SAW sebagai kepala Negara dan pimpinan agama. Jadi, khalifah bertugas untuk menggantikan Nabi sebagai kepala pemerintahan dan pimpinana agama, bukan menggantikan Muhammad SAW sebagai Nabi, karena posisi Kenabian tidak sanggup digantikan oleh siapapun.
Khilafah ini perlu diwujudkan oleh umat islam, untuk mencapai persatuan dan kesatuan umat islam.
Hal ini sesuai dengan perintah Allah dalam QS. Al-An’am: 55:
Arab lks hal 3
Artinya :
Dan demikianlah kami terangkan ayat-ayat Al-Qur’an (supaya terperinci jalan-jalan orang yang shaleh dan supaya terperinci pula, jalan-jalan orang yang
berdosa.
Nas-nas al-Qur`an dan as-Sunnah di atas menegaskan adanya kewajiban bersatu bagi kaum muslimin atas dasar Islam -bukan atas dasar kebangsaan atau ikatan palsu lainnya yang diciptakan penjajah kafir- di bawah satu kepemimpinan, yaitu seorang Khalifah. Dalil-dalil di atas juga menegaskan keharaman berpecah-belah, di samping menunjukkan pula jenis sanksi syar’i bagi orang yang berupaya tubruk domba umat Islam menjadi beberapa negara, yaitu sanksi mati.
Hadis Kembalinya Daulah Khilafah :
Hadis Imam Ahmad juga diriwayatkan oleh Baihaqi dari Nu'man Bin Basyir;
“Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
Masa kenabian itu ada di tengah-tengah kalian, adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya.
Selanjutnya yaitu masa Khilafah yang mengikuti jejak kenabian (Khilafah ’ala minhaj an-nubuwwah), adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya.
Selanjutnya masa kerajaan yang menggigit (Mulkan ’Adhan), adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya.
Setelah itu, masa kerajaan yang menyombong (Mulkan Jabariyyan), adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya.
Selanjutnya yaitu masa Khilafah yang mengikuti jejak kenabian (Khilafah ’ala minhaj an-nubuwwah). Kemudian dia (Nabi) diam.”
[HR Ahmad dan Baihaqi dari Nuâman bin Basyir dari Hudzaifah].
Macam-macam Khilafah jikalau dilihat dari cakupan wilayahnya :
v Khilafah berskala Nasional : suatu Khilafah yang berbentuk Negara yang memiliki wilayah dan batas-batas tertentu serta memiliki kedaulatan yang utuh dan penuh.
Pada masa kemudian yang termasuk kategori khilafah berskala nasional yaitu : Khilafah bani umayyah, bani abasiyah dll.
Sedangkan pada masa sekarang yang termasuk kategori khilafah berskala nasional yaitu : Saudi Arabia, Yordania, Palestina, Brunei Darussalam, dll..
v Khilafah bersiklus Internasional : Kekuasaan umat islam sedunia yang tidak dibatasi oleh wilayah tertentu. Jadi, dimanapun terdapat umat islam, maka disitulah terdapat area kekuasaannya. Hanya saja kekuasaannya terbatas.
1. Tujuan Khilafah
· Secara umum yaitu untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang adil dan makmur, sejahtera lahir dan batin serta memperoleh ampunan dan ridho dari Allah SWT. Firman Allah :
Arab lks hal 4
Artinya:
Sesungguhnya bagikaum Saba’ ada tanda kekuasaan Tuhan di kawasan kediaman mereka. Yaitu 2 buah kebun di sebelah kanan dan kiri. (Kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rizki yang dianugerahkan tuhanmu dan beryukurlah kau kepada-Nya. (Negerimu) yaitu negeri yang baik, dan Tuhanmu yaitu maha pengampun”.
· Secara Khusus, tujuan khilafah yaitu :
a. Melanjutkan kepemimpinan setelah nabi Muhammad SAW wafat. Tetapibukan sebagai nabi.
b. Berupaya untuk memelihara keamanan dan ketahanan agama suatu Negara.
c. Mengupayakan kesejahteraan lahir dan batin dalam rangka memperoleh kebahagian di dunia dan di akhirat.
d. Mewujudkan dasar-dasar Khilafah yang adil dalam seluruh aspek kehidupan umat islam.
e. untuk membentuk suatu masyarakat yg hidupnya subur, makmur, sejahtera dan berkeadilan serta mendapatkan ampunan dari Alloh SWT.
2. Dasar-Dasar Khilafah
a. Dasar Tauhid
Yaitu mengesakan Allah SWT.
Arab lks hal 5
Artinya : Katakanlah dia yaitu Allah Yang Maha Esa.(QS.AL IKHLAS:1)
b. Dasar Persamaan derajat
Pada dasarnya, insan itu derajatnya yaitu sama, yang membedakan hanyalah ketaqwaannya.
... أَتْقَكُمْ اللهِ عِنْدَ أَكْرَمَكُمْ إِنَّ
Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang paling mulia diantara kau disisi Allah yaitu orang yang paling bertaqwa diantara kamu.(QS. ALHUJURAT:13)
c. Dasar Persatuan Islamiyah
Yaitu prinsip untuk menggalang persatuan dan kesatuan dalam Islam.
تَفَرَّقُوْا وَلاَ جَمِيْعًا اللهِ بِحَبْلِ وَاعْتَصِمُوْا
Artinya: Dan berpeganglah kau sekalian kepada taliagama Allah dan janganlah kau bercerai berai.(QS.ALI IMRA:103)
d. Musyawarah atau Kedaulatan Rakyat
Yaitu menetapkan sesuatu dengan cara musyawarah untuk mufakat.
بَيْنَهُمْ شُوْرَى وَأَمْرُهُمْ
Artinya: Sedang urusan mereka diputuskan dengan musyawarah di antara mereka. (QS.AS SYURA:38)
e. Keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh umat
Yaitu berperilaku adil kepada siapa saja dan tidak pilih kasih dalam melakukan tugasnya dalam kepemerintahan.
وَالإِحْسَنِ بِالْعَدْلِ يَأْمُرُ اللهَ إِنَّ
Artinya:Sesungguhnya Allah menyuruh kau berlaku adil dan berbuat kebaikan. (QS.AL NAHL:90)
3. Hikmah Khilafah
Ø Dapat menegakkan kalimat Allah SWT sehingga terhindar dari banyak sekali kerusakan di dunia.
Ø Upaya pengendalian dan pemenuhan aspirasi rakyat yang beragama sanggup dipadukan dan di akomodasikan. Sehingga meskipun meskipun pada dasarnya insan itu memiliki huruf yang berbeda, akan tetapi atas nama Negara mereka sanggup dipersatukan untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan dengan menghargaiperbedaan yang ada.
4. Struktur Daulah Khilafah
Sejak kehancuran Daulah Khilafah pada 28 Rajab 1342H (3 Mac 1924), seluruh sistem pemerintahan Islam pun turut musnah. Sistem Khilafah yang selama ini telah menguasai dan memerintah hampir dua per tiga dunia sekarang telah lenyap. Sistem Khilafah yang telah menaungi insan selama lebih 13 abad dan yang telah membawa rahmat ke seluruh alam, sekarang telah berkubur dengan runtuhnya Daulah Khilafah lebih 80 tahun yang lalu, sebuah institusi politik agung umat Islam. Justeru, generasi yang hidup selepas itu, hinggalah ke hari ini, sudah tidak lagi sanggup mengetahui struktur sebetulnya Daulah Islam. Berikut yaitu sturktur sistem pemerintahan Islam yang akan berdiri kembali:
· Khalifah
· Mu’awin at-Tafwidh (Pembantu Pemerintahan)
· Mu’awin at-Tanfiz (Pembantu Pentadbiran)
· Al-Wulat (wali-wali)
· Amirul Jihad (Ketua Turus Angkatan Tentera)
· Jabatan Keamanan Dalam Negeri (Da'irah Al-Amni)
· Jabatan Luar Negeri (Da'irah Al-Kharajiyah)
· Jabatan Perindustrian (Da'irah As-Sina'ah)
· Jabatan Kehakiman (Al-Qadha')
· Jentera-jentera Pentadbiran (Al-Jihaz Al-Idariy)
· Baitul Mal
· Jabatan Penerangan Da'irah Al-I'lamiy
· Majlis Umat (Majlis Syura).
5. Perbedaan Khilafah dan Khalifah
Khilafah yaitu suatu lembaga kekuasaan yang menjalankan tugas-tugas Rasululloh dalam memelihara,mengurus,mengembangkan dan menjaga agama serta mengatur urusan duniawi umat manusia. Sedangkan khalifah yaitu orang-orang yang melanjutkan tugas-tugas Nabi Muhammad sebagai Kepala Negara dan pemimpin umat islam,setelah dia wafat.
B. Syarat-Syarat Menjadi Khalifah Dan tata Cara Pengangkatannya
1. Pengertian Khalifah
Khalifah berarti orang-orang yang menggantikan Nabi Muhammad SAW dalam kedudukannya sebagai pemimpin agama dan kepala Negara setelah Nabi wafat.
Khalifah yang pertama dalam susunan pemerintahan islam yaitu Abu Bakar Shiddiq, Khalifah yang kedua yaitu Umar bin Khattab, Khalifah ketiga yaitu Usman bin Affan dan Khalifah yang keempat yaitu Ali bin Ali bin Abi Tholib. Keempat Khalifah tersebut dinamakan sebagai Khulafaur Rasyidin yang artinya Para Kepala Negara yang bijaksana.
Jabatan khalifah berikutnya dipangku oleh para pemuka dari Bani Umayyah mirip Khalifah Muawiyah bin Abi Sofyan, Umar bin Abdul Aziz, dll.. Sedangkan pada masa Bani Abbasiyah dipegang oleh Harun Al-Rasyid, dll..
Adapun pimpinan sesudahnya, tidak dinamakan dengan khaifah, melainkan disebut dengan Amir, Sultan atau Kepala Negara.
2. Syarat-Syarat menjadi Khalifah
a. Beragama Islam
b. Memiliki wawasan dan ilmu pengetahuan yang cukup luas
c. Mampu melakukan pengawasan terhadap pegawanegeri pemerintahan dalam pelaksanaan hokum, Peraturan dan UUD yang berlaku
d. Adil dalam arti luas,yaitu bisa melakukan seluruh kewajiban dan menjauhi seluruh larangan, sanggup memelihara kehormatan dirinya, serta bertindak dan berperilaku adil kepada siapa saja dan tidak pandang bulu
e. Sehat jasmani dan rohani serta tidak cacat suatu apapun
f. Dipilih oleh Ahlul Halli wal Aqdi (Melalui Permusyawaratan)
g. Merdeka. Tidak sah jikalau ia budak, karena ia harus memimpin dirinya dan orang lain. Sedangkan budak tidak bebas memimpin dirinya, apalagi memimpin orang lain.
h. Laki-Laki. Tidak sah jikalau ia wanita karena Rasul Saw bersabda : Tidak akan sukses suatu kaum jikalau mereka menyebabkan wanita sebagai pemimpin.
i. Sampai ke derajat Mujtahid. Kerena orang yang kurang pintar atau berilmu karena ikut-ikutan (taklid), tidak sah kepemimpinannya mirip yang dijelaskan Ibnu Hazm, Ibnu Taimiyah dan Ibnu Abdul Bar bahwa telah ada ijmak (konsensus) ulama bahwa tidak sah kepemimpinan tertinggi umat Islam jikalau tidak hingga ke derajat Mujtahid perihal Islam.
j. Profesional (amanah dan kuat). Khilafah itu bukan tujuan, akan tetapi sarana untuk mencapai tujuan-tujuan yang disyari’atkan mirip menegakkan agama Allah di atas muka bumi, menegakkan keadilan, menolong orang-orang yang yang dizalimi, memakmurkan bumi, memerangi kaum kafir, khususnya yang memerangi umat Islam dan banyak sekali peran besar lainnya. Orang yang tidak bisa dan tidak besar lengan berkuasa mengemban amanah tersebut dilarang diangkat menjadi Khalifah.
k. Pemberani. Orang-orang pengecut tidak sah jadi Khalifah. Bagaimana mungkin orang pengecut itu memiliki rasa tanggung jawab terhadap agama Allah dan urusan Islam dan umat Islam? Ini yang dijelaskan Umar Ibnul Khattab saat dia berhaji : Dulu saya yaitu pengembala onta bagi Khattab (ayahnya) di Dhajnan. Jika saya lambat, saya dipukuli, ia berkata : Anda telah menelantarkan (onta-onta) itu. Jika saya tergesa-gesa, ia pukul saya dan berkata : Anda tidak menjaganya dengan baik. Sekarang saya telah bebas merdeka di pagi dan di sore hari. Tidak ada lagi seorangpun yang saya takuti selain Allah.
3. Pengangkatan Khalifah
Pengangkatan Khalifah pada dasarnya dilakukan secara Demokratis oleh seluruh umat Islam.
Dalam perjalanan Sejarah Islam ditemukan bahwa pengangkatan Khalifah sanggup dilakukan dengan berbagaicara mirip berikut :
a. Pengangkatan khalifah melalui pemilihan para pemimpin umat Islam.
Contoh : Pengangkatan Abu Bakar As-Shiddiq sebagai khalifah yang pertama.
b. Pengangkatan khalifah melalui proposal darikhalifah terdahulu.
Contoh : Umar bin Khattab yang menggantikan Abu Bakar As-Shiddiq sebagai khalifah.
c. Pengangkatan Khalifah melalui Pemilihan umum yang pribadi dilakukan oleh rakyatnya.
Contoh : Pengangkatan Khalifah Umar bin Abdul Aziz dari Bani Umayyah.
d. Pengangkatan khalifah melalui persetujuan rakyatnya karena calonkhalifah dinilai sangat berjasa dalam membuatkan Islam ke suatu wilayah.
Contoh : Pengangkatan Sultan Salim di Mesir.
Dengan demikian, secara keseluruhan sanggup diketahui bahwa cara pemilihan dan pengangkatan khalifah lebih mementingkan aspirasi rakyat. Oleh karena itu, Pemilihan Khalifah dalam islam dilakukan melalui cara sebagai berikut :
a. Pemilihan Secara Langsung yang melibatkan seluruh rakyatnya baik pria maupun wanita untuk memilih pilihan kepada seseorang yang dianggapmampu menjadi Khalifah.
b. Pemilihan Secara Tidak Langsung, yaitu prmilihan khalifah yang dilakukan melalui Ahlul halli wal Aqdi atau wakil-wakil rakyat yang berhak memilih atau menetapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan duduk kasus kehidupan umat islam.
4. Baiat
Setelah khalifah dipilih kemudian umat Islam mengucapkan sumpah setia untuk mentaati kepemimpinan khalifah tersebut sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan dengan menyatakan dan disertai niat yang tulus bahwa Allah SWTsebagai saksi. Selain itu, Khalifah yang terpilih juga harus mengucapkan sumpah. Sumpah setia ini disebut Baiat, dan baiat ini dilakukan oleh kaum muslimin di dalam suatu Majelis.
Setelah khalifah mengucapkan sumpah setia, ia menunjukkan pidato pengangkatan khalifah. Seperti yang disampaikan oleh Abu Bakar As-Shiddiq sebagaikhalifah pertama yang isinya :
“saudara-saudara, saya telah diangkat untuk mengendalikan urusanmu padahal saya bukanlah orang yang terbaik diantara kamu, maka jikalau saya menjalankan peran dengan baik, ikutilah saya, tetapi jikalau saya berbuat salah, maka heendaklah saudara-saudara betulkan. Orang yang saudara-saudara pandang kuat, saya pandang lemah hingga saya mengambil hak darinya, sedangkan orang yang saudara pandang lemah, saya pandang kuat, hingga kau sanggup menunjukkan hak kepadanya. Hendaklah saudara-saudara taat kepada saya selama saya taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, tetapi bilamana saya tidak mentaati Allah dan Rasul-Nya, Saudara-saudara tidak perlu mentaati saya”.
Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa membai’at seorang Imam (Khalifah), kemudian menunjukkan genggaman tangannya dan menyerahkan buah hatinya, hendaklah ia menaatinya semaksimal mungkin. Dan jikalau datang orang lain yang hendak mencabut kekuasaannya, penggallah leher orang itu.” [HR. Muslim].
Setelah selesai pidato, maka mulailah khalifah melakukan tugas-tugasnya. Bagi umat islam wajib tunduk dan patuh terhadap perintah khalifah selama khalifah tetap mengikuti pemikiran Allah SWT dan rasulnya.
5. Hukum pengangkatan khalifah
Mengangkat khalifah hukumnya Fardhu Kifayah. Halini didasarkan pada beberapa alasan yaitu :
a. Pada saat Rasulullah wafat para sahabat bersepakat untuk mendahulukan permusyawaratan guna memilih khalifah dari pada semuanya mengurus mayat Rasulullah karena sebagian sahabat sudah ada yang mengurusi mayat beliau. Saat itu yang terpilih yaitu Abu Bakar As-Shiddiq.
b. Tanpa adanya khalifah sulit bagi umat islam untuk sanggup menyempurnakan kewajiban agama mirip membela agama, Negara dan memelihara keamanan dan ketertiban.
c. Allah SWT berfirman :
Arab lks hal 8
Artinya : dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kau dan mengerjakan amal-amal yang shaleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menyebabkan mereka berkuasa dimukabumi, sebagaimana Dia telah menyebabkan orang-orang sebelummereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka, dan Dia benar-benar akan menukar keadaan mereka, setelah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. (QS.Al-Nur;55).
6. Hak dan Kewajiban
Khalifah atau kepala Negara beserta seluruh pegawanegeri pemerintah berkewajiban untuk menciptakan suasana yang memungkinkan hak-hak rakyat sanggup dipenuhi dan dilindungi oleh Negara, dan sebaliknya memungkinkan kewajiban rakyat terhadap Negara sanggup dilaksanakan sebaik-baiknya dengan penuh tanggung jawab.
Sebagai makhluk tertinggi yang diangkat untuk menjadi khalifah di bumi, insan hanya tunduk kepada tuhan, dan sekalian makhluk lain, termasuk para malaikat, harus mengakui kekhalifaan manusia. Karena itu insan yaitu makhluk yang bebas, yang dengan daya kreativitasnya sendiri bertanggung jawab mengemban peran kekhalifaannya membangun bumi kawasan hidupnya dengan sebaik-baiknya.
Untuk sanggup melakukan peran itu, insan dilengkapi oleh Allah dengan petunjuk dan hidayah-Nya. Petunjuk dan hidayah itu dimulai dengan adanya fitrah dalam diri manusia, yaitu insiden asalnya yang suci dan baik. Maka dengan fitrahnya itu, insan menjadi makhluk yang hanif, yaitu insan yang secara alami cenderung dan memihak kepada yang benar,yang baik, danyang suci.
Selain itu, seorang pemimpin juga harus memenuhi hak-hak rakyatnya, mirip berikut ini :
v Hak hidup dan jaminan keamanan
Hak hidup yaitu salah satu hak asasi insan yang paling mulia yang diberikan oleh Allah SWT kepada insan untuk disyukuri dengan cara memelihara kelangsungan hidup dan mempertahankan hak hidup itu pada saat dipanggil kembali Allah SWT.
v Hak Memperoleh Keadilan
Setiap insan berhak memperoleh keadilan di dalam hokum danpemerintahan, karena hakikat insan dipandangan Allah SWT yaitu sama, jadi semuanya harus dilakukan secara adil.
v Hak Mengemukakan Pendapat
Kemampuan berpikir dan beropini merupakan salah satu anugerah Allah SWT kepada insan yang sangat berharga. Hal ini terbukti bahwa dalam penciptaan manusia, Allah SWT menciptakan nalar pikiran biar sanggup dipakai untuk berpikir dan berpendapat. Karena itu, kebebasan berpikir dan beropini merupakan salah satu Hak Asasi Manusia yang harus dilindungi dan dihargai.
v Hak Kebebasan Beragama
Dalam islam, memaksa seseorang untuk memeluk agama tertentu yaitu tidak dibenarkan. Setiap insan berhak untuk memilih pilihan perihal agama yang diyakininya. Jadi, kebebasan beragama merupakan Hak Asasi Manusia yang harus dilindungi dan dihargai.
Selain memperoleh hak-hak sebagai rakyat, pada saat yang bersamaan rakyat juga berkewajiban untuk melakukan tugas-tugasnya yaitu :
Ø Tunduk dan patuh kepada khalifah yang sah
Umat islam wajib taat dan patuh kepada khalifah yang sah selama khalifah itu tetap berpegang teguh kepada pemikiran Allah dan Rasul-Nya. Pemimpin perlu ditaati selama selama berada dalam garis-garis kebenaran. Meskipun secara legal, formal dan konstitusional ia telah diangkat untuk menjadi pimpinan tetapi menyengsarakan rakyatnya, maka boleh tidak ditaati. Asas legalitas dilarang dipakai sebagai alasan untuk mengesakan segala sesuatu yang hakikatnya bertentangan dengan kemauan orang banyak apalagi untuk menindas. Oleh karena itu, Asas legalitas harus disertai dengan moralitas yang tinggi.
Ø Cinta Tanah Air
Mencintai dan mebela tanah air, serta mempertahankan nya dari setiapgangguan dan ancaman musuh merupakan salah satu kewajiban seluruh rakyat. Atau dalam bahasa lainnya disebut dengan “Nasionalisme” atau Paham Kebangsaan. Demi tegaknya Nasionalisme, insan diperkenankan untuk memperjuangkannya demi tegaknya keadilan dan kebenaran, disamping itu juga untuk membuatkan sikap dan kemanusiaan yang adil dan beradab. Karena insan bukanlah makhluk kebaikan saja mirip malaikat, atau juga bukan makhluk kejahatan saja, mirip setan. Tetapi insan berada diantara keduanya dan tarik menarik antara keduanya, itulah yang menciptakan insan menjadi makhluk yang bermoral, artinya makhluk yang selalu dihadapkan kepada tantangan untuk berbuat baik dan godaan untuk berbuat jahat.
Ø Menciptakan dan memelihara Persatuan dan Kesatuan
Persatuan dan Kesatuanumat merupakan modal utama dalam mewujudkan tujuan khalifah (pemerintahan). Tanpa persatuan dan kesatuan umat, maka tujuan khilafah yang ditetapkan itu sulit dicapai. Karena itu, seluruh rakyat wajib menciptakan dan memelihara persatuan dan kesatuan.
C. Majelis Syura
1. Pengertian Majelis Syura
Menurut bahasa, Majelis Syura merupakan kawasan musyawarah. Adapun menurut istilah, yaitu lembaga permusyawaratan atau badan yang ditugasi untuk memperjuangkan kepentingan rakyat melalui musyawarah. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT :
Arab lks hal 10
Artinya : …. Sedang urusan mereka diputuskan dengan musyawarah antara mereka (Asy-Syura : 38)
Musyawarah merupakan sunnah Nabi saw. Meskipun Rasulullah merupakan seorang Nabi yang mendapatkan wahyu dari langit, namun dia sangat gemar bermusyawarah dengan para sahabat. Para ulama memberikan bahwa yang demikian itu yaitu biar menjadi teladan bagi umatnya sepeninggal beliau.
Para ulama memberikan bahwa jikalau kepala negara tidak mau bermusyawarah dengan ahlul ‘ilmi wad din, maka menurunkannya yaitu wajib. [Tafsir Qurthubiy Juz 4 hal. 249]
Pada dasarnya, lembaga ini hanya bertugas untuk menunjukkan pertimbangan-pertimbangan, sedangkan pengambilan keputusan tetap berada di tangan kepala negara. Meskipun begitu, para ulama memiliki banyak pendapat perihal kondisi dimana kepala negara berbeda pendapat dengan Majlis Syura. Semua ulama sepakat bahwa dalam kasus ini kita harus merujuk pada QS. Al-Nisa’: 59, “... Apabila kalian berselisih perihal sesuatu maka kembalikanlah kasus itu kepada Allah dan Rasul-Nya apabila kalian beriman kepada Allah dan Hari Akhir ...”. Apabila dengan merujuk pada Allah (Kitabullah) dan Rasul (Al-Sunnah), kasus masih belum bisa diselesaikan, maka terdapat tiga kemungkinan solusi :
Ø Solusi pertama : Metode Tahkim
Ø Solusi kedua : Mengambil Pendapat Terbanyak (Voting)
Ø Solusi ketiga : Mengambil Keputusan Kepala Negara secara mutlak.
Ditempuhnya model musyawarah ini untuk menegakkan demokrasi. Dalam demokrasi, Islam menghendaki adanya keterpaduan nilai-nilai intelektual dan nilai-nilai spiritual. Setiap ruangan kea rah ekstremitas harus dicegah. Demokrasi haryus punya orientasi moral, sehingga kasus keadilan tidak lagi menjadi info politik, karena wujud ketidakadilan dinilai masyarakat sebagai budaya yang amat rendah dan tidak patut dilakukan oleh insan beradab.
Di indonesia, majlis syura ini ada yang dilaksanakan oleh pemerintah dan bersifat kenegaraan mirip MPR dan DPR. Ada juga majlis syura dari lembaga kemasyarakatan.
2. Pengertian Ahlul Halli Wal Aqdi
Ahlu Halli Wal Aqdi merupakan wakil rakyat yang menjadi anggota majlis permusyawaratan. Menurut Imam Fakhruddi al-Razi, Ahlu Halli Wal Aqdi merupakan para alim ulama dan kaum cendekiawan yang
dipilih oleh rakyatuntuk mewakili mereka. Adapun syaratnya yaitu :
Ø Mereka harus terdiri dari para ilmuwan
Ø Mereka dipilih oleh rakyat atau memperoleh kepercayaan dari rakyat
Secara keseluruhan sanggup disimpulkan bahwa ahlul hali wal Aqdi yaitu para wakil rakyat yang dipilih menurut kemampuan dan ketanggung jawabannya yang besar untukmemperjuangkan kepentingan rakyat melalui permusyawaratan dalam majlis syura.
3. Syarat-syarat Menjadi Anggota Majlis Syura
a. Memiliki kepribadian yang jujur, adil dan penuh tanggung jawab.
b. Memilki ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas sesuai dengan bidang keahliaannya dan bertaqwa kepada Allah SWT.
c. Memiliki keberanian untuk memperjuangkan kebenaran dan keadilan serta teguh dalam pendirian meskipun resikonya besar. Hadits Nabi Muhammad SAW :
Arab buku fiqih kecil hal 128
Artinya : Katakanlah yang benar meskipun itu pahit.
Mengatakan yang benar meskipun pahit itu sanggup diartikan biar kita memberikan apa yang benar perihal diri sendiri atau tertuju pada diri sendiri. Kemampuan untuk mengakui kesalahan diri sendiri itu sudah cukupuntuk menunjukkan kebesaranjiwa dan keteguhan hati.
Kemampuan introspeksi memerlukan rasa keadilan. Keadilan yang tinggi akan menciptakan orang sanggup melihat kelemahan diri sendiri dan mengakuinya. Sekaligus sanggup melihat kelebihan orang lain dan mengakuinya.
d. Merakyat, artinya senantiasapeka dan peduli terhadap kepentingan rakyat.
e. Berjiwa ikhlas, dinamis dan kreatif.
f. Dipilih oleh rakyat sesuai dengan asas demokrasi.
4. Hak dan Kewajiban Majelis Syura
a. Memilih, mengangkat dan memberhentikan khalifah.
b. Mewakili rakyat dalam bermusyawarah dengan khalifah untuk merampungkan permasalahan-permasalahan dan banyak sekali kepentingan rakyat.
c. Membuat undang-undang bersama khalifah demi memantapkan pelaksanaan aturan Allah SWT.
d. Menetapkan garis-garis jadwal Negara yang akan dilaksanakan oleh khalifah.
e. Menetapkan anggaran belanja Negara.
f. Merumuskan gagasan dan seni administrasi untuk mempercepat tercapainya tujuan Negara.
g. Menghadiri sidang majlis syura setiap saat persidangan.
Keberadaan majlis syura dalam system khalifah merupakan perwujudan dari perintah Allah SWT kepada umat islam dalam mengatasi banyak sekali persoalan.
5. Hikmah Adanya Majlis Syura
a. Melaksanakan perintah Allah SWT dan mencontoh perbuatan Rasulullah perihal musyawarah untuk merampungkan suatu persolan hidup dalam kehidupan umat islam.
b. Melahirkan tanggung jawab bersama terhadap keputusan yang ditetapkan karena keputusan tersebut ditetapkan oleh wakil-wakil rakyat yang dipilih sesuai dengan kemampuan dan tanggung jawabnya.
c. Melahirkan keputusan dan ketetapan yang baik dan bijaksana karena keputusan tersebut ditetapkan oleh orang banyak.
d. Menghindari perselisihan antar golongan yang sanggup menyebabkan kehancuran dan kerugian Negara.
e. Memilih pimpinan yang terbaik dan disetujui semua pihak karena itu kualitasnya akan lebih sanggup dipertanggung jawabkan
f. Mengurangi bahkan menghilangkan keluh kesah yang menyebabkan penyelewengan sebagai simpulan dari keputusan yang tidak atau kurang representative.
g. Memberikan pendidikan politik yang baik, praktis dan murah.
h. Menjalin kekerabatan yang harmonis antara insan dengan tuhannya, dan kekerabatan sesame umat insan khususnya umat islam.
i. Menciptakan persatuan dan kesatuan karena hasil musyawarah, biasanya merupakan jalan tengah yang memiliki daya tarik semua pihak, jadi akibatnya sanggup mengikat semua pihak.
j. Mewujudkan keadilan karena putusan hasil musyawarah telah disetujui oleh semua pihak maka akibatnya bersifat adil untuk semua pihak.
k. Menciptakan kerukunan dan ketahanan umat sehingga sanggup menangkal banyak sekali rongrongan dan ancaman terhadap Negara dan pemerintah.
6. Perbedaan Majlis syura dan Ahlul Halli Wal Aqdi
§ Majlis Syura bertugas untuk menunjukkan pertimbangan-pertimbangan kepada kepala negara, sedangkan ahlul halli wal ‘aqd bertugas untuk mengangkat atau menurunkan kepala negara.
§ Majlis Syura tidak pernah lebih tinggi dari kepala negara. Majlis Syura bisa saja diangkat oleh kepala negara. Sebaliknya, ahlul hall wal ‘aqd, pada saat menunaikan tugasnya (mengangkat dan menurunkan khalifah) lebih tinggi daripada kepala negara.
§ Ahlul hall wal ‘aqd diangkat oleh rakyat sebagai representasi mereka. Majlis Syura tidak harus diangkat oleh rakyat.
BAB III
PENUTUP
1.4 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas sanggup terlihat bahwa dalam berpolitik ada tata cara dan bernuansa Islam. Melainkan segala kasus yang menyangkut aspek yang berkenan dengan kemanusian dan kemaslahatan umat.
Kajian Politik Islam sangatlah tepat dan merupakan hal yang sangat di harapkan untuk di praktekkan. Diantara kajian Fiqih Siyasah (Politik Islam) ada beberapa penggalan yang mengatur kasus yang berhubungan dengan negara.seperti wakil rakyat, pemimpin maupun perjanjian yang sedang di lakukan.
1.5 Saran
Demikian makalah Fiqih Bab Siyasah Syar’iyah yang telah kami buat.Makalah ini belumlah mencakup semua yang ada pada materi ini,tetapi kami berharap tetap ada manfaatnya.
Akhirnya tegur sapa dan kritik yang membangun dari para pembaca sangat kami harapkan demi perbaikan,karena tidak ada insan yang sempurna.
1.6 Daftar Pustaka
0 Response to "Makalah Fiqih. Khilafah, Khulafatur Rosyidin, Khalifah, Majelis Syura, Ahlul Halli Wal Aqdi"
Post a Comment